Minggu, 16 Maret 2008

Dilema masa depan pertanian


DILEMA MASA DEPAN PERTANIAN


Harga minyak bumi (BBM) pada tahun 2008 relatif sangat tinggi menyentuh US$ 103 per barel. Ini ditambah lagi gejolak di Timur tengah yang terus memanas. berbagai ketegangan politik diberbagai negara, serta cadangan BBM yang juga semakin menipis. Harga BBM yang tionggi sepertinya harus kita terima sebagai suatu kenyataan. Untuk mensiasatinya pemerintah harus merespon dengan kreatif tanpa menimbulkan masalah baru pada masa yang akan datang.
Gencarnya peningkatan produksi minyak berbahan baku produk pertanian atau nabati (Biofuel) dinilai merupakan salah satu respon yang bijaksana. Disamping bersifat renewable, strategi tersebut mempunyai berbagai dampak positif. seperti ramah lingkungan, berbahan baku sumber domestik, membuka lapangn kerja baru dipedesaan sampai argumen ketahan energi untuk negara. Sejalan dengan kecendrungan ini, Tidak salah jika Pemerintah Indoensia secara gencar merencanakan berbagai program bertahap guna meningkatkan produksi biofuel dengan bahan baku CPO, tebu dan Minyak jarak.
Strategi ini sudah merupakan strategi global, bahakan sudah dimulai tahun 1970an. Brazil dan Amerika serikat merupakan contoh negara yang memplopori pengembangan biofuel untuk merespon krisis tersebut. Ketika sekarang miyak bumi kembali melambung, semua negara seperti disadarkan untuk kembali mengembangkan biofuel. bahan baku yang digunakan berasal dari CPO, minyak kelapa, minyak kedele, dan biji jarak. Dari sudut efisiensi biofuel yang dihasilkan termasuk efisien. walau ada variasi yang melebar.
Bahan baku jagung termasuk yang paling efisien menghasilkan energi. dalam hal ini untuk satu unit energi yang digunakan menghasilkan 8 unit energi. jika dari berbagai faktor ini sangat mendukung pengembangan industri bioduel, maka produk pertanian akan ada dipersimpangan jalan, mau diproses menjadi bahan makanan (Food) atau bahan bakar Minyak (fuel). Situasi ini sering disebut suatu dilema Food versus fuel pada masa yang akan datang. Sektor pertanian tidak lagi menjadi sektor yang dimarginalkan, tetapi menjadi sektor yang menentukan nasib suatu bangsa.
Situasi ini berdampak positif pada kinerja sektor pertanian. Kini dapat melayani 2 permintaan yaitu pasar tradisional yaitu pakan, sandang dan makanan dan pasar modern yaitu industri biofuel. Bagi sektor pertanian perluasan ini akan memberikan tekanan pada kenaikan harga serta stabilitas produk pertanian. Ini tentu saja akan meninkatkan pendapatan petani. Jangka pendeknya mampu mengurangi surplus produksi produk pertanian di pasar Internasional.
Disisi lain, situasi ini berpotensi memperburuk ketahanan pangan. apalagi bagi negara yang net-importir atau negara yang penduduknya relatif banyak. kenaikan harga pangan berdampaknegatif terhadap penduduk miskin didunia yang jumlahnya 2 miliar jiwa. Indonesia salah satunya dimana masih banyak mengimpor bahan pangan yang dapat diolah menjadi biofuel seperti gula, kedele dan jagung. Jika situasi ini tidak dikelola dengan baik maka akan terjadi perkelahian lebih dari 2 miliar penduduk miskin dunia untuk memperoleh makanan dengan 900 juta mobil dan jutaan mesin/pabrik. pada dasarnya adalah rebutan antara simiskin dangan sikaya yang memiliki mobil dan pabrik.mesin. Di Indonesia juga bisa menjadi rebutan 30 juta penduduk miskin dengan pemilik mobil dan mesin.
Kekahawatiran yang muncul adalah mereka yang lebih kuat, baik ekonomi, sosial, politik dapat memenangkan perebutan tersebut. baik cara logis hingga kasar melalaui rekayasa. Korbannya jelas simiskin yang dibuat semakin kelaparan, karena akses terhadap pangan akan semakin sulit serta harga pangan yang semakin meningkat. Dampak lainnya adalah percepatan degradasi lahan, kecendrungan untuk mempercepat pengembangan industri biofuel. jelas akan meningkatkan produksi pertanian. Ini berarti perluasan lahan pertanian akan semakin tidak dapat dihindarkan. Jika tidak ada upaya dari pemerintah dalam mengaggulangi penebanagan hutan untuk perluasan lahan pertanian dikhawartirkan akan semakain membahayakan kondisi lingkungan Indonesia yang semakin kritis. Banjir, longsor kebakaran hutan, kabut asap silih berganti. Ini jelas indikator kritisnya kondisi lingkungan di Indoensia
Pengembangan industri biofuel merupakn peluang bagi Indonesia untuk memperbaiki kinerja sektor pertanian termasuk nasib petaninya, serta perekonomian secara nasional. Namun demikian harus direncanakan dengan sistematis dan komperhensip dengan wawasan jauh kedepan. Sehingga tidak menjadi sumber bencana baru bagi rakyat miskin, ketahanan pangan dan degradasi lingkungan. Mumpung ini belum dikembangkan secara jauh, pemerintah seyogyanya menyususn blue print dengan komperhenship dan tidak terburu-buru.

Jemmie H. N
Mahasiswa Fakultas Pertanian Untan
Prodi Agribisnis
CP 085245985136